Manny Pacquiao & Yordenis Ugas Foto: Ryan Hafey/PBC
Manny Pacquiao vs Yordanis Ugas: Antara Prestise, Uang, dan Politik
Tinjuindonesia.com — Masih bercokolnya Manny Pacquiao di usia ke-42 tahun dalam dunia tinju menimbulkan banyak tanda tanya. Apa yang masih dicari? Prestasi, uang, dan popularitas sudah didapatkannya. Juara dunia di delapan kelas berbeda adalah prestasi luar biasa. Uang yang dikumpulkan sudah ratusan juta dolar AS sehingga menjadi salah satu pembayar pajak terbesar di negaranya, Filipina. Dari sisi popularitas, ia bukan hanya legenda Filipina dan Asia, tapi mendunia. Bahkan sudah masuk dalam Boxing Hall of Fame.
Dari sisi politik, Pacquiao adalah anggota senator Filipina. Ia dikabarkan akan mencalonkan diri sebagai Presiden Filipina menggantikan Rodrigo Duterte yang masa jabatannya akan berakhir Juni tahun depan. Tapi, membaca pergerakan Pacquiao itu, Duterte telah memecat Pacquiao sebagai Plt (pelaksana tugas) Ketua Umum Partai Demokrasi Filipina (PDP-LABAN). Pemecatan justru terjadi saat Pacquiao sedang mempersiapkan diri di Los Angeles, AS, untuk melawan Errol Spence Jr yang kemudian Spence Jr diganti dengan Yordenis Ugas.
Partai PDP-LABAN bisa jadi pintu masuk Pacquiao untuk mencalonkan diri. Duterte yang berteman baik dengan Pacquiao jadi Presiden Filipina melalui pintu PDP-LABAN. Kabarnya respek masyarakat Filipina kepada Pacquiao tak seperti dulu ketika Pacquiao masih beragama Katolik. Pacquiao pindah ke Protestan saat hendak duel keempat dengan Juan Manuel Marquez, 8 Desember 2012, dan kalah KO di ronde ke-6. Ibunya, Dionisia kecewa dengan keputusan anaknya itu. Perlu diketahui masyarakat Filipina mayoritas Katolik. Tapi, untuk urusan politik, masyarakat di sana lebih cerdas, rasional, dan demokratis.
Dan, duelnya dengan Yordanis Ugas di T-Mobile Arena, Las Vegas, Nevada, AS, Sabtu (21/8) malam atau Minggu (22/8) pagi WIB, dijadikan ajang untuk mendapat dukungan penuh warga Filipina agar meraih kemenangan. Dan, itu bisa menjadi modal besar Pacquiao untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Filipina. Dan, sudah tentu puluhan juta dolar AS yang akan diperoleh dalam tarung ini bisa dijadikan biaya politik tersebut.
Sementara Ugas, akan memanfaatkan momentum ini tampil maksimal dan mengalahkan Pacquiao. Bila meraih kemenangan, popularitas Ugas pasti melambung tinggi. Dan, ke depannya, akan mendapatkan bayaran jauh lebih besar lagi. Untuk itu, ia akan bermain lebih fokus. Sedangkan, Pacquiao punya beban karena sebagai bintang dan legenda tinju. Tapi, Ugas juga memakai kesempatan ini terang-terangan berkampanye politik bagi negaranya, Kuba yaitu ingin kebebasan warganya dari cengkeraman Partai Komunis Partido Comunista de Cuba (PCC) yang sudah lama berkuasa.
Nah, siapakah yang akan tampil sebagai pemenang? Di atas kertas, memang Pacquiao lebih unggul (pengalaman, teknik, pukulan, kecepatan, dan prestasi). Itu sebabnya, ia lebih di favoritkan menang. Tapi, di atas ring, bisa lain ceritanya. Jika Ugas menerapkan taktik dan strategi yang jitu, bisa merepotkan Pacquiao dan bukan tak mungkin akan memenangkan pertandingan. Jika Ugas tampil biasa-biasa saja seperti duel-duel sebelumnya, tentu akan sulit melumat Pacquiao.
(TI/Martinez)