Gebrakan Promotor Milasari di The Pallas Jakarta

Tinjuindonesia.com — Promotor Milasari Anggraini bukan baru pertama kali bikin pertandingan tinju profesional di Indonesia. Pada 11 Agustus 2018, ia menggelar lima partai tinju pro — satu diantaranya Kejuaraan Nasional KTPI — dan 10 partai tinju amatir di GOR Samapta, Magelang, Jawa Tengah. Sadar itu proyek rugi, kini ia merubah strategi agar hal itu tak terjadi.

Tinju profesional bila dikemas dengan baik dan profesional, bisa mendatangkan keuntungan besar. Bukan hanya buat promotor, petinju, manajer, pelatih, dan lain-lain yang terlibat dalam bisnis itu, tapi juga buat negara. Tengok di negara tetangga Filipina. Lahirnya Manny Pacquiao jadi mega bintang tinju dunia sangat berdampak positif bagi negaranya. Industri tinju di Filipina berkembang pesat, dan menjadi lahan pekerjaan yang sangat menjanjikan.

Promotor Milasari melihat potensi itu ada di Indonesia. Apalagi tinju pro di Indonesia sudah lama berkembang dengan baik sejak 1970-an, dengan munculnya Thomas Americo di awal 1980-an, Ellyas Pical dan Nico Thomas di pertengahan 1980-an, Mohamad Rachman dan Chris John di era 2000-an. Ketika nama-nama itu menghiasi berbagai media di Indonesia dan dunia, tinju Indonesia sangat menggeliat dan tumbuh subur di berbagi penjuru tanah air.

Merujuk pada atmosfir itulah, Milasari kembali hadir dengan menggelar enam partai tinju profesional — satu partai diantaranya tinju wanita — dengan menggabungkan musik yang menampilkan penyanyi Ari Lasso (eks vokalis Dewa 19) dan Paul Latumahina (eks vokalis T Five) di The Pallas Fairground Building Lot 14 Kawasan SCBD, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Minggu (19/4), 2020. Tema yang diusung pun adalah Boxingtainment: ‘WO-Man Inifinite Fearless Soul 2020.’

Perpaduan tinju dan musik diharapkan menyedot banyak penonton dari berbagai lapisan masyarakat agar bisa menikmati dua pertunjukkan tersebut. Itu juga bisa mendidik para penggemar tinju Indonesia untuk membeli karcis/tanda masuk karena selama ini dibiasakan nonton gratis. Akibat dari kebiasaan itulah industri tinju pro Indonesia tak berkembang dengan baik, bahkan cenderung melangkah mundur.

Promotor tak bisa meraup keuntungan karena hanya berharap dari sponsor. Sementara sponsor tak mudah didapatkannya dalam setiap event. Bila mendapatkan sponsor pun tak mampu menutupi semua biaya yang dikeluarkan promotor karena nilai nominal yang diterima sangat kecil.

Milasari tak hanya memikirkan bagaimana bisa mendapatkan keuntungan dan menjadikan tinju Indonesia sebagai industri yang menjajikan, tapi bagaimana tinju Indonesia kembali berkembang dengan baik dan para petinju Indonesia kembali menyandang gelar juara dunia: WBC, WBA, IBF, dan WBO. Apalagi ia punya hubungan yang kuat dengan pelaku-pelaku indutri tinju di AS seperti promotor Bob Arum, promotor Oscar de la Hoya, pelatih kondang Freddie Roach, Mike Tyson, dan lain-lain.

Itu sebabnya, Milasari, pengusaha sukses dari Purworejo, Jawa Tengah, itu menampilkan petinju-petinju senior berprestasi dengan petinju-petinju yang relatif muda, dan dua petinju amatir berprestasi yang baru melangkah ke profesional, serta satu partai tinju wanita dalam ‘WO-Man Infinite Fearless Soul 2020.’

Ia ingin petinju-petinju itu berkompetisi dengan baik sehingga kelak menjadi juara dunia seperti Ellyas Pical, Nico Thomas, Mohamad Rachman, dan Chris John. Juga ingin tinju profesional wanita berkembang dengan pesat di Indonesia. Sehingga dalam kaitan dengan Hari Kartini, Milasari yang juga seorang promotor wanita menampilkan dua srikandi Indonesia dalam event-nya.

“Saya ingin tinju Indonesia bisa menjadi idustri seperti di negara-negara lain. Potensinya besar dan pasarnya juga ada karena masyarakat Indonesia senang tinju. Karena itulah saya bikin pertandingan tinju dan berkolabarsi dengan musik supaya penonton bisa menikmati dua-duanya,” ungkap Milasari yang  juga ibu dari Verrel Dylastra, petinju amatir yang punya prestasi mumpuni di AS.

(TI/Martinez)