Tinju Olimpiade Rio de Janeiro 2016 Foto: Ist
IOC Secara Bulat Bekukan AIBA di Olimpiade Tokyo 2020
Tinjuindonesia.com — Satu pekan setelah Dewan Eksekutif IOC (International Olympic Committee) tidak merekomendasikan AIBA (International Boxing Association) untuk mengurus tinju Olimpiade Tokyo 2020, maka hari Rabu (26/6) di Lausanne, Swiss, dalam pertemuan IOC seluruh anggota IOC secara bulat membekukan AIBA di pertandingan tinju mulai dari babak kualifikasi hingga pertandingan di Olimpiade Tokyo 2020.
Sangat menyedihkan karena untuk pertama kalinya sebuah organisasi/federasi olahraga dilucuti haknya untuk mengatur cabang olahraganya sendiri di Olimpiade. Ini terjadi karena reputasinya telah ternoda dalam beberapa tahun terakhir dan terus berkembang dari krisis ke krisis, terutama masalah keuangan dan tata kelola organisasi. Berbagai persoalan itulah yang membuat IOC harus bertindak tegas.
Hubungan antara IOC dan AIBA menurun tajam setelah Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Saat itu 36 ofisial dan wasit ditangguhkan karena disinyalir kuat ada pengaturan pertandingan. Ironisnya, itu terjadi di tengah-tengah perbaikan organisasi. Investigasi internal oleh AIBA menimbulkan pertanyaan yang lebih mendalam tentang penjurian di Rio de Janeiro dengan kecurigaan khusus jatuh pada seorang pejabat Prancis.
Kemudian, pada 2017, Eksekutif AIBA mengklaim Presiden AIBA Ching Kuo-Wu melakukan penipuan keuangan bernilai jutaan dolar AS. Kuo-Wu yang berasal dari Taiwan itu membantah melakukan kesalahan, dan tetap menjadi anggota IOC. Sebuah indikasi bahwa ia tetap mendapatkan dukungan dari pejabat senior IOC.
Kuo-Wu akhirnya digantikan oleh pengusaha Uzbekistan yang kontroversial Gafur Rahimov, November 2018. Rahimov tak mendapat sambutan positif dari IOC dan malah menambah persoalan karena ia dikaitkan dengan ‘Organisasi Kriminal Lintas Negara atau Transnasional’ oleh Departemen Keuangan AS. Meski, itu dibantah keras Rahimov dan menyatakan kebohongan bermotif politik.
Baru lima bulan menjabat Presiden AIBA, Rahimov mengundurkan diri pada 22 Maret 2019. Mundurnya Rahimov sebagai Presiden AIBA dikabarkan hanya sekadar untuk menenangkan IOC agar proses penyelidikan IOC terhadap AIBA saat itu berjalan lancar, sehingga tinju bisa dipertandingkan di Olimpiade Tokyo 2020. Namun, setelah itu disinyalir ia akan kembali menjabat Presiden AIBA.
Di tengah kekosongan pucuk pimpinan AIBA, Komisi Eksekutif AIBA memilih Mohamed Moustahsane (Wakil Presiden AIBA dan Presiden African Boxing Confederation) sebagai Presiden Sementara (Interim) AIBA. Pemilihan dilakukan pada 29 Maret, dengan hasil 23-0, dan 2 abstain. Dengan demikian, Moustahsane yang berasal dari Maroko dan bergelar doktor ini melaksanakan tugas-tugasnya sebagai Presiden AIBA.
Ternyata, terpilihnya Moustahsane sebagai Presiden sementara AIBA, tak memengaruhi IOC sampai IOC secara resmi membekukan AIBA di Olimpiade Tokyo. Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari AIBA terkait pembekuan ini.
IOC yang telah membentuk satuan tugas dan dipimpin Morinari Watanabe (Jepang), anggota IOC yang juga Presiden Federasi Senam Internasional, untuk mengatur tinju Olimpiade Tokyo. Dan, satuan tugas itu telah menyusun program menuju Tokyo. Babak kualifikasi dimulai Januari hingga April 2019, akan diadakan kualifikasi regional dan terbagi empat zona: Afrika (tuan rumah Dakar), Eropa (tuan rumah London), Asia/Oceania (tuan rumah Cina), dan Amerika (tuan rumah Buenos Aires).
Kualifikasi umum (global) akan dilakukan bulan Mei, kemungkinan di Jepang. Bagi, federasi tinju setiap negara yang mau mengikuti kualifikasi tersebut harus mendaftarkan diri melalui IOC masing-masing di negaranya, misalnya di Indonesia melalui KOI (Komite Olimpiade Indonesia).
(TI/Martinez)