Petinju dan ofisial ribut dengan keputusan yang dianggap merugikan di Kejurnas Elite Lampung. FOTO: Martinez

Keputusan Kontroversial Masih Mewarnai Kejurnas Elite di Lampung

Tinjuindonesia.com — Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Elite Men’s dan Women’s di GOR Saburai, Bandar Lampung, Lampung, memasuki babak final, Selasa (11/12). Namun, sejak penyisihan sampai semifinal, keputusan kontroversial masih mewarnai event yang didamba-dambakan seluruh Pengprov PERTINA itu.

Setidaknya, ada empat keputusan kontroversial yang disaksikan tinjuindonesia.com. Dua keputusan merugikan tim DKI Jakarta, dan dua keputusan lagi merugikan tim Sumatera Utara (Sumut). Dua keputusan merugikan DKI Jakarta adalah ketika di hari kedua, Kamis (6/12), Verrel Dylastra (DKI Jakarta) vs Dominikus Lasa (Banten) di kelas 64 kg.

Pertarungan berlangsung ketat, namun ronde ketiga hanya berlangsung 2 menit 5 detik (tidak sampai 3 menit), ketika fisik Dominikus tampak kedodoran. “Ini korupsi waktu, kami punya bukti rekaman. Verrel mestinya menang, terutama di ronde kedua dan ketiga,” ungkap Milasari Anggraini, manajer tim DKI Jakarta, dengan nada kecewa.

Keputusan lebih kontroversial lagi, ketika di semifinal kelas 56 kg, Jill Mandagie (DKI Jakarta) vs Julio Bria (Bali). Secara kasat mata dan hampir semua penonton di GOR Saburai menyaksikan Jill menang angka mutlak sejak ronde pertama sampai ketiga. Anehnya, Jill kalah angka 2-3.

“Ini hasil nggak benar dan tidak adil. Semua orang lihat Jill menang, kok malah kalah. Bagaimana penilaiannya?” ujar Ketua Pengprov PERTINA DKI Jakarta Hengky Silatang dengan nada kecewa.

Dua keputusan yang merugikan Sumut, ketika di semifinal Edi Harianto (Sumut) vs Kris Nong Sedo (Jawa Timur) di kelas berat (91 kg). Secara kasat mata Edi menang angka, tapi nyatanya kalah 2-3. Lucunya, ketika Kris dinyatakan menang angka, ia kelihatan kaget dan tak menyangka dirinya menang.

Dan, satu keputusan lagi ketika Sorahatua Lumban Tobing (Sumut) vs Grece Savon Simangunsong (Jawa Barat) bertanding di kelas 69 kg babak semifinal. Sorahatua yang secara kasat mata menang, justru kalah angka mutlak, 0-5. Para penonton yang menyaksikan hasil tersebut hanya geleng-geleng kepala dan menggerutu, kok begini penilaiannya.

Apapun keputusan wasit/hakim dalam dunia tinju amatir tidak ada protes sesuai aturan AIBA (International Boxing Association). Menyadari aturan itu justru menimbulkan banyak masalah dan sangat merugikan petinju dan ofisial, tahun depan di Kejuaraan Dunia AIBA, AIBA akan kembali menghidupkan protes. (TI/Martinez)

 

 

10 December 2018

ANDA MENJAGOKAN SIAPA

DUEL PERTAMA TIBO MONABESA MEMPERTAHANKAN GELAR KELAS TERBANG YUNIOR WBC INTERNATIONAL, ANDA MENJAGOKAN SIAPA?

View Results

Loading ... Loading ...

APA KOMENTAR ANDA?
ANDA MENJAGOKAN SIAPA?

Silakan berkomentar dengan baik dan mendidik tanpa mengandung unsur-unsur SARA. Redaksi berhak mengedit dan tidak meneruskan komentar yang tidak layak untuk dipublikasikan.

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>