Tibo Monabesa tetap juara WBC International. Foto: antara
WBC Nyatakan Tibo Monabesa vs Jayson Fayson: No Contest!
Tinjuindonesia.com — Keputusan wasit/hakim dalam dunia tinju biasanya final, mengikat, dan tak bisa dianulir. Tapi, untuk kasus Tibo Monabesa vs Jayson Fayson dalam perebutan sabuk juara regional kelas terbang yunior (48,9 kg) WBC International yang disandang Tibo (Armin Tan BC Jakarta) di Holywings Club, Jakarta, Minggu (27/2) malam, dan dimenangkan dengan angka mayoritas (majority decision): 95-93 (Philipus Elungan), 95-94 (Ricardo Simanungkalit), dan 94-94 (Teguh Tambunan), dianulir oleh WBC (World Boxing Council).
Presiden WBC Mauricio Sulaiman dalam suratnya kepada Ketua Umum ATI Pusat Manahan Situmoran pada 7 Maret lalu, menyatakan WBC melalui 10 orang hakimnya telah mengkaji dan menilai ulang pertandingan tersebut, dan hasilnya petinju Filipina Jayson Fayson lebih banyak mengumpulkan poin dengan selisih angka lebih besar. Artinya Fayson yang memenangkan pertandingan tersebut.
Tapi, WBC memutuskan berbeda: pertandingan tersebut dianggap tidak ada (no-contest) sehingga tidak bisa dicatatkan dalam rekor bertanding kedua petinju. Karena itu, WBC memerintahkan kedua petinju segera duel ulang (rematch). Kendati demikian, Tibo tetap menyandang sabuk juara WBC International.
WBC mengkaji dan menilai ulang pertandingan tersebut karena banyak pihak memprotes hasil pertandingan tersebut, diantaranya, Fayson dan timnya, dan bahkan HSS (Holywings Sport Show) sebagai tempat penyelenggaraan pertandingan itu menyampaikan surat terbuka kepada WBC bahwa pertandingan itu seharusnya dimenangkan Fayson.
Dana, secara kasat mata, memang Fayson memenangkan pertandingan. Apalagi Tibo dua kali terpukul jatuh di ronde 3 dan 9. Tapi, karena Tibo bertanding di kandang sendiri dan semua wasit/hakim serta supervisor berasal dari Indonesia, maka faktor hometown decision tak bisa dihindari. Hal-hal seperti ini sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi luar negeri pun sering terjadi, bahkan sering merugikan petinju kita.
Tapi, WBC lebih mengedepankan sportivitas dan tak mau jadi bulan-bulanan di publik tinju dunia, maka sekarang mereka mengambil keputusan yang tidak lazim. Dampak dari keputusan no-contest itu, biasanya petinju harus mengembalikan semua bayaran kepada promotor, termasuk hadiah atau bonus yang didapatkan petinju, karena dianggap tidak ada pertandingan (no-contest).
WBC juga menawarkan seminar atau kepelatihan kepada wasit/hakim Indonesia agar lebih baik dalam mengambil keputusan. Seminar bisa dilakukan melalui zoom dengan pengawasan WBC University.
(TI/Martinez)