Sugar Ray Leonard, Angelo Dundee & Janks Morton Foto: ist
Sugar Ray Leonard (7): Angelo Dundee & Janks Morton Mundur
HAMPIR dua tahun pensiun, Leonard menonton pertandingan antara Marvin Hagler dan John Mugabi pada 10 Maret 1986. Bagi Hagler, itu duel mempertahankan sabuk juara dunia sejati kelas menengah (72,5 kg) kedua belas kalinya. Duel itu dimenangkan dengan KO oleh Hagler di ronde 11. Tapi, setelah pertandingan, Hagler mengatakan bahwa itu pertandingan terakhirnya.
Mendengar itu Leonard yang berada di sisi ring mengatakan, “Aku akan kembali untuk melawan Hagler.” Lalu, ia menelepon Mike Trainer dan berkata,” Aku bisa mengalahkan Hagler.”
Pada 1 Mei 1986, Leonard mengumumkan dalam sebuah acara bincang-bincang di Washington DC bahwa dia akan kembali ke ring untuk melawan Hagler. Pengumuman tersebut menimbulkan banyak kontroversi karena ketidakaktifan Leonard dan cedera mata. Namun, membuat bersemangat banyak penggemar olahraga yang berharap melihat mereka bertarung karena sudah menunggu bertahun-tahun. Hagler membutuhkan waktu beberapa bulan untuk memutuskan, lalu menyetujui pertandingan tersebut.
Pertarungan yang dipromosikan sebagai “Pertarungan Super” dan “Raja Ring,” dijadwalkan pada 6 April 1987 di Caesars Palace, Las Vegas. Leonard dibayar 11 juta dolar AS atau Rp 159,5 miliar (kurs dolar AS @ Rp 14.500), dan Hagler dibayar 12 juta dolar AS atau Rp 174 miliar. Hagler lebih difavoritkan, dan pasar taruhan pun lebih mengunggulkan Hagler dengan 4:1 dan terakhir 3:1.
Penghasilan dari penonton (12.379 orang yang menonton) sebesar 6,2 juta dolar AS atau Rp 89,9 miliar. Dan, menurut promotor Bob Arum, pertandingan tersebut menghasilkan 78 juta dolar AS atau Rp 1,131 triliun (setara dengan sekitar 179 juta dolar AS atau Rp 2,595 triliun pada tahun 2020).
Banyak orang terkejut Hagler yang seorang kidal alami, membuka pertarungan dengan gaya ortodoks. Tapi, Leonard yang cepat dan apik memenangkan dua ronde pertama dengan ketiga kartu skor, Hagler memulai ronde ketiga dengan kidal. Hagler melakukannya dengan baik, tapi kecepatan dan keterampilan Leonard masih mampu mengontrol pertandingan. Hagler tampak kaku dan sulit mengimbangi kecepatan Leonard.
Pertarungan berlangsung seru, ketat, dan menarik. Tapi, akhirnya Leonard menang angka tipis (split decision): 115-113 (Dave Moretti), 118-110 (Jose Guerra), dan 113-115 (Lou Filippo). Data statistik mendukung kemenangan Leonard, melepaskan 629 pukulan dan mendarat 306, sedangkan Hagler melontarkan 792 pukulan dan mendarat 291.
Meski begitu, banyak analis dan media massa yang pro dan kontra dengan kemenangan Leonard. Ada yang mengatakan Leonard pantas menang, ada yang bilang Hagler lebih pantas menang, dan ada pula yang mengatakan duel itu seharusnya seri atau draw. Ya, apa pun penilaian dan komentar di luar sana, tak ada yang bisa mengubah keputusan para hakim. Karena pertarungan itu seru dan menarik, serta berbalut kontroversi, majalah Ring memberi predikat “Fight of the Year” dan “Upset of the Year“.
Meskipun ada permintaan dari pihak Hagler untuk duel ulang, tapi Leonard tidak tertarik dan pensiun lagi pada 27 Mei 1987. “Saya akan mencoba, saya akan mencobanya”, kata Leonard tentang pengunduran dirinya yang terakhir. “Tapi kalian kenal saya.” Eh, sebulan setelah Hagler resmi pensiun pada Juni 1988, Leonard justru mengumumkan comeback-nya lagi.
Pada 7 November 1988, Leonard kembali lagi dan bertanding dengan Donny Lalonde yang saat itu menyandang sabuk juara dunia kelas berat ringan (79,3 kg). Selain sabuk itu, kedua petinju memperebutkan juga sabuk juara dunia kelas menengah super (76,3 kg) WBC lowong yang baru diciptakan. Banyak yang mengkritik bahwa Lalonde yang asli di kelas berat ringan dipaksa turunkan beratnya untuk melawan Leonard di kelas menengah super. Tapi, Lalonda kemudian mengatakan kepada Larry Merchant dari HBO bahwa dirinya tak kesulitan menurunkan beratnya.
Untuk pertandingan tersebut, Leonard dibayar 10 juta dolar AS atau Rp 145 miliar, dan Lalonde mendapat 6 juta dolar AS atau Rp 87 miliar. Tapi, kali ini pelatih Angelo Dundee mengundurkan diri karena masalah uang. Sesungguhnya Dundee sudah tidak nyaman saat Leonard melawan Hagler. Kala itu ia bekerja tanpa kontrak dan hanya menerima 175.000 dolar AS atau Rp 2,5 miliar, kurang dari 2% dari nilai bayaran Leonard. “Kata-kata saya adalah ikatan saya,” ucap Leonard menanggapi Dundee. Kemudian, Leonard masih memakai pelatih Janks Morton dan Dave Jacobs.
Pertandingan memang sempat berlangsung cukup ketat dan seru, tapi Leonard bisa menghentikan perlawanan Lalonde di ronde 9 dengan TKO. Setelah kemenangan, Leonard melepaskan sabuk kelas berat ringan, dan hanya mempertahankan sabuk kelas menengah super. Tak cuma itu, Janks Morton pun menyusul Dundee berpisah dengan Leonard karena perbedaan pribadi. Ia digantikan dengan Pepe Correa yang telah bekerja dengan Leonard selama hampir lima belas tahun sebelumnya.
Tak puas dengan hasil pertandingan pertama, Thomas Hearns tanding ulang dengan Leonard pada 12 Juni 1989 di Caesar’s Palace, Las Vegas. Pertandingan memperebutkan sabuk juara dunia kelas menengah super WBC dan WBO diberi judul ‘The War.’ Hearns dibayar 11 juta dolar AS atau Rp 159,5 miliar, sedangkan Leonard mendapatkan 14 juta dolar AS atau Rp 203 miliar.
Pertandingan berlangsung sangat alot. Hearns yang berambisi untuk membalas kekalahan, menjatuhkan Leonard dengan hook kanan di ronde ketiga. Tapi, Leonard bangkit dan menghajar Hearns. Di awal ronde ketujuh, Hearns melukai Leonard, namun Hearns mulai kelelahan. Ronde sembilan dan sepuluh adalah ronde yang bagus untuk Leonard, tapi ia mengalami masalah pada ronde kesebelas. Hearns menjatuhkan Leonard untuk kedua kalinya dalam pertarungan. Sadar membutuhkan penyelesaian yang bagus, Leonard bertarung mati-matian dan lolos dari KO/TKO.
Dan, hasil duel adalah split draw (seri tipis): 113-112 Tom Kazmarek), 112-113 (Jerry Roth), dan 112-112 (Dalby Shirley. Hearns tak mampu membalas kekalahan, sedangkan Leonard tetap sebagai juara dunia.
Bersambung…
(TI/Martinez)