Alberth Papilaya semasa hidup. Foto: Dokpri
Selamat Jalan Bung Alberth, Legenda & Pahlawan Tinju Indonesia!
Tinjuindonesia.com — Tak henti-hentinya dunia tinju Indonesia berduka. Baru genap sepekan Dr.Widjanarso Soewondho meninggalkan kita (10 April), kini legenda tinju Indonesia yang juga anggota Polri berpangkat Kompol Alberth Papilaya mengembuskan nafas terakhir di RSUD Dr.H.Chasan Boesoerie, Ternate, Maluku Utara, Minggu (18/4) dinihari, karena sakit. Ia dirawat di rumah sakit tersebut sejak Jumat, 16 April, dalam kondisi tak sadarkan diri.
Sungguh menyedihkan, adik kandung Alberth, Willem Papilaya, peraih medali perak Asian Games Bangkok 1998 yang juga anggota Kopassus, telah dipanggil Tuhan terlebih dahulu pada 11 Februari 2019, karena sakit. Keduanya adalah keluarga tinju yang telah berjasa besar bagi bangsa dan negara.
Alberth yang lahir di Tobelo, Maluku Utara, 15 September 1967, meninggalkan seorang istri Jety Florente Nanere, dan dua orang putra Stevenson Filipus Papilaya dan Sugaray Leonard Papilaya. Semasa aktif sebagai petinju, di level nasional Alberth telah banyak mengukir prestasi manis bagi daerahnya, Maluku dan DKI Jakarta (ketika pindah ke Jakarta), di PON dan berbagai kejuaraan nasional dan open tournament lainnya.
Di tingkat regional, SEA Games, Alberth telah 6 kali meraih medali emas, dan 1 kali merengkuh medali perak. Prestasi fenomenal yang belum pernah ditorehkan oleh petinju Indonesia lainnya. Prestasi itu takkan mudah diraih lagi untuk beberapa dekade ke depan oleh generasi berikutnya.
Di level Asia, meski belum pernah meraih medali emas di Asian Games, tapi sudah empat kali merebut medali emas di Kejuaraan Asia (single event): Nepal 1985, Filipina 1992 (sekaligus lolos ke Olimpiade Barcelona), Cina 1993, dan India 1997. Di level dunia, Alberth dua kali ikut kejuaraan dunia (World championship) di Rusia 1989 dan Jerman 1995. Di dua ajang tersebut Alberth hanya mencapai perempat final atau 8 Besar. Dan, masih banyak prestasi indah lainnya yang diukir di berbagai open tournament internasional lain.
Dan, momen paling bersejarah dalam karir Alberth adalah mencapai perempat final Olimpiade Barcelona 1992. Itu yang selalu dikenang dan terukir dalam sejarah perjalanan tinju amatir Indonesia di ajang Olimpiade. Alberth adalah petinju kedua Indonesia yang mencapai posisi itu, sebelumnya ditorehkan seniornya: Ferry Moniaga di Olimpiade Munich 1972. Kemudian, di Olimpiade Atlanta 1996, yunior mereka, La Paene Masara menyusul mencapai perempat final. Maka, dalam sejarah tinju amatir Indonesia, baru tiga petinju mencapai perempat final. Belum ada yang sampai semi final, apalagi final.
Hingga Alberth wafat, pengabdian terhadap tinju tak luntur. Ia masih duduk sebagai Pengurus PERTINA DKI Jakarta dan PP PERTINA. Ia punya rencana besar setelah pensiun dari anggota Polri untuk fokus memajukan tinju Indonesia, tapi ternyata Tuhan sudah punya rencana lain dan lebih sayang kepada Alberth.
Alberth bukan hanya legenda, tapi juga pahlawan tinju Indonesia. Selamat Jalan Bung Alberth, nama dan jasa-jasamu selalu ada di hati kami seluruh insan tinju Indonesia.
(TI/Martinez)