Manny Pacquiao & Ryan Garcia Foto: ist
Mungkinkah Manny Pacquiao vs Ryan Garcia Terjadi?
Tinjuindonesia.com — Pekan ini penikmat tinju dunia diramaikan dengan berita pertandingan Manny Pacquiao (Filipina) vs Ryan Garcia (AS). Dua petinju berbeda generasi. Kini, Pacquiao berusia 42 tahun, sedangkan Ryan berusia 22 tahun. Berbeda 20 tahun. Ketika Pacquiao jadi juara regional OPBF, 26 Juni 1997, Garcia belum lahir. Ryan baru lahir, 8 Agustus 1998, empat bulan sebelum Pacquiao jadi juara dunia kelas terbang (50,8 kg) WBC, 4 Desember 1998, setelah memukul KO juara bertahan Chatchai Sasakul dari Thailand.
Pacquiao usai bertanding dengan Keith Thurman, 20 Juli 2019, dan menang angka tipis dalam perebutan sabuk juara dunia kelas welter (66,6 kg) WBA Super, belum pernah bertanding lagi. Tentu, alasannya pandemi covid-19 masih berlangsung. Berbeda dengan Ryan yang selama 2019 naik ring dua kali (lawan Jose Lopez dan Rumero Duno), 2020 naik ring satu kali (lawan Francisco Fonseca), dan 2021 sudah naik ring satu kali (lawan Luke Campbell).
Selama ini berbagai spekulasi mengenai Pacquiao terus menggema. Apakah akan gantung sarung tinju atau terus bertinju? Namun, belakangan muncul berita Pacquiao akan berjibaku dengan bintang UFC Conor McGregor sebagai pemanasan menuju pertandingan tinju sesungguhnya yaitu unifikasi gelar melawan Errol Spence Jr (juara dunia kelas welter WBC dan IBF) atau Terence Crawford (juara dunia kelas welter WBO).
Tapi, setelah McGregor kalah KO mengenaskan di ronde ke-2 dari Dustin Poirier dalam laga ulang di UFC, Sabtu pekan lalu (23 Januari), Pacquiao dan tim tak mau lagi duel dengan McGregor. Mereka tampak fokus ke Ryan, juara dunia sementara (interim) kelas ringan (61,2 kg) WBC. Bak gayung bersambut, Ryan dan tim pun siap meladeni legenda tinju Filipina itu. Tak jelas kenapa Pacquiao berminat dengan Ryan. Kalau alasan bisnis, boleh-boleh saja dalam ring tinju profesional karena tak mengenal usia, terpenting memenuhi berbagai persyaratan tinju pro.
Jika melihat nilai jual di pasar tinju, Pacquiao lebih layak duel dengan Spence Jr atau Crawford, atau duel ulang dengan Floyd Mayweather Jr. Bahkan, bisa melawan Mikey Garcia, Shawn Porter, atau Amir Khan. Itu akan memperkuat legasinya sebagai legenda tinju sebelum benar-benar pensiun.
Pacquiao dan tim tentu punya pertimbangan tersendiri dengan Ryan yang sedang naik daun, dan pengikutnya di media sosial begitu tinggi. Ryan dan Pacquiao masing-masing punya pasar tersendiri jika digabungkan bisa jadi kekuatan pasar yang luar biasa. Ini yang mungkin membuat Pacquiao dan tim sedang berpikir keras untuk melawan Ryan.
Bila melihat reputasi, prestasi, dan pengalaman kedua petinju, Ryan belum ada apa-apanya dengan Pacquiao. Tapi, melihat kondisi saat ini, Ryan bisa jadi ancaman Pacquiao. Berusia muda, pantang mundur, punya pukulan-pukulan keras dan mematikan, siap bertanding 12 ronde penuh dengan fisik dan stamina yang prima, serta rekornya belum tercoreng: 21 (18 KO)-0-0. Ia juga dilatih Eddy Reynoso, pelatih Saul ‘Canelo’ Alvarez dan Henry Garcia (ayah Ryan yang juga asisten pelatih).
Hanya saja kendala yang akan dihadapi Ryan, harus naikkan berat badan dari kelas ringan (61,2 kg) ke kelas welter (66,6) kg). Ini bukan hal mudah bagi Ryan yang belum terbiasa bertanding di kelas welter. Ryan juga belum teruji sebagai juara sementara WBC karena baru jadi juara pada 2 Januari lalu setelah memukul KO Luke Campbell di ronde 7. Tapi, sebelum itu, Ryan sempat dipukul jatuh di ronde 2 oleh Campbell.
Kendala lain, Ryan saat ini dipromotori Oscar de la Hoya (Golden Boy Promotion). Bukan rahasia umum lagi, selama ini hubungan Oscar dan Pacquiao kurang harmonis. Disamping itu, Ryan selalu dipromosikan DAZN (layanan streaming berlangganan) bersama Eddie Hearn dari Matchroom Boxing. Sedangkan, Pacquiao setelah berpisah dari Bob Arum (Top Rank), berusaha menggandeng promotor lain dengan syarat tidak terikat. Jika Pacquiao dan Oscar bisa bekerjasama, mungkin saja duel Pacquiao dan Ryan bisa direalisasikan. Itu hanya semata-mata demi bisnis tinju.
(TI/Martinez)