Kembalinya Joshua, Peta Kelas Berat Berubah
ANDY Ruiz Jr memang sudah diprediksi takkan mampu bertahan lama di singgasana kelas berat. Sebab, beban yang dipikulnya teramat berat. Empat sabuk juara dunia WBA Super, IBF, WBO, dan IBO yang disandangnya selama 7 bulan lebih (1 Juni-7 Desember 2019) tak sepadan dengan kapasitasnya yang dimilikinya. Baik secara kualitas, fisik, dan mental. Sepanjang waktu itu, ia lebih banyak menghabiskan waktu berpesta pora dengan sabuk-sabuk tersebut.
Apalagi ia selalu mengagung-agungkan diri sebagai petinju pertama Meksiko yang menyandang gelar juara dunia kelas berat. Akibatnya ia terlena dan lupa untuk berlatih lebih keras memperbaiki diri. Padahal, tantangan ke depan jauh lebih berat. Bisa dipahami, Ruiz Jr tak pernah menyangka bisa memukul KO Anthony Joshua di ronde 7 dan merebut semua gelarnya. Dunia pun terkejut dengan kemenangan Ruiz Jr yang sama sekali tak pernah diperhitungkan. Tapi, dunia paham Ruiz Jr takkan lama memegang sabuk-sabuk itu dengan kapasitas yang ada.
Benar saja, kini empat gelar bergengsi itu sudah kembali ke pangkuan Joshua usai menang angka mutlak atas Ruiz Jr dalam tarung ulang di Diriyah Arena, Diriyah, Arab Saudi, Sabtu (7/12). Ruiz Jr pun mulai dikesampingkan. Publik tinju menginginkan Joshua lebih baik melirik pertarungan-pertarungan lebih besar dan menghebohkan. Misalnya, unifikasi gelar dengan juara kelas berat WBC Deontay Wilder, atau menghadapi penantang seperti Tyson Fury, Oleksandr Usyk, Kubrat Pulev, Luis Ortiz, dan Dillian Whyte.
Deontay dan para penantang ini sangat berbahaya bagi Joshua, dan mereka lah yang bisa mengubah wajah kelas berat saat ini. Mau tak mau, suka atau tidak suka, Joshua harus menghadapi mereka bila namanya mau ditorehkan dengan tinta emas sebagai juara sejati kelas berat. Atau sebagai juara dunia kelas berat yang benar-benar diakui pencinta tinju dunia. Joshua punya modal besar untuk itu sebagai peraih medali emas di Olimpiade London 2012. Ia juga sudah pernah melumat petinju hebat Wladimir Klitschko, dan petinju lain yang punya nama seperti Joseph Parker dan Alexander Povetkin.
Bila Joshua hanya mencari lawan ayam sayur sekelas Ruiz Jr, maka harus siap-siap dicemooh publik. Joshua juga bila tak mau dicap jago kandang, seharusnya berani bertarung terus di luar Inggris. Sejak debutnya di ring pro, 5 Oktober 2013, Joshua baru dua kali bertanding di luar Inggris. Pertama, ketika berjibaku jilid 1 dengan Ruiz Jr di Madison Square Garden, Nwe Yokr, AS, 1 Juni, dan kedua di Diriyah, Arab Saudi, 7 Desember, duel jilid 2 dengan Ruiz Jr.
Pasti, promotor Eddie Hearn dan manajemen Joshua sadar akan hal itu. Apalagi Joshua masih terikat kontrak dengan DAZN (televisi live streaming) 10 pertarungan. Sisa pertarungan yang ada bisa dipakai untuk duel unifikasi dengan Wilder di AS atau di Arab Saudi. Atau harus berani melawan Usyk dan Fury ketimbang memikirkan duel seri ke-3 dengan Ruiz Jr. *****