Andika D’Golden Boy, juara WBA Asia. Foto: Ist
Andika, Juara WBA Asia dari Keluarga Sederhana di Sabu
Tinjuindonesia.com — Andika Fredikson Ha’e alias Andika Sabu/Andika D’Golden Boy, bangga dan terharu saat merebut sabuk juara WBA Asia kelas terbang yunior (48,9 kg) yang lowong dengan kemenangan technical decision di ronde 6 atas Romshane Sarguilla (Filipina) di Kampus IBM ASMI, Pulo Mas, Jakarta Timur, 6 April 2019.
Ia tak menyangka secepat itu menjadi juara regional WBA Asia. Apalagi baru menjadi juara nasional KTPI langsung mendapat kesempatan kejuaraan WBA Asia. Andika pun seperti tak percaya sekarang menempati peringkat 4 dunia WBA. “Ini mungkin jalan Tuhan menuju kejuaraan dunia,” ungkap Andika kepada tinjuindonesia.com.
Ya, Andika saat ini diproyeksikan ke kejuaraan dunia oleh promotor Martin Daniel. Itu sebabnya, Martin menggelar kejuaraan WBA Asia bagi Andika dalam duel mempertahankan gelarnya melawan petinju Filipina Richard Rosales di Mall MGK Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (31/8), mulai Pukul 16.00 WIB. Jika memenangkan pertandingan ini, maka pintu kejuaraan dunia WBA bagi Andika dibuka di Manado, Sulawesi Utara, November 2019.
Maka, kesempatan ini tak mau disia-siakan oleh Andika. Sejak akhir Juli Andika sudah mempersiapkan diri secara khusus bersama pelatih Yance Mandagie di Navas BC Jakarta, milik Martin. Di Jakarta, Andika dan Yance mengaku mendapat banyak manfaat. “Di sini banyak lawan latih tanding, di Bali hampir tidak ada lawan latih tanding. Kami juga berterima kasih kepada promotor Martin yang punya perhatian luar biasa. Kami akan manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya agar Andika bisa pertahankan gelar dan bisa juara dunia,” jelas Yance.
Andika, anak kelima dari tujuh bersaudara, lahir di Sabu, Nusa Tenggara Timur (NTT), 27 Oktober 1995, berasal dari keluarga sangat sederhana. Di kampung halaman, ia mengaku mau makan saja sulit apalagi mau sekolah. Maka, ia terpaksa merantau ke Waingapu, Sumba Timur, NTT, mengikuti kakaknya untuk bekerja. “Di sana saya kerja apa saja, jadi buruh kasar bangunan (aduk semen, angkat kayu, angkat besi), pernah jadi kondektur bis, dan macam-macam. Yang penting kerja halal dan bisa mendapatkan uang,” ungkap Andika yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 2 Sekolah Dasar (SD).
Meski begitu, cita-citanya sejak kecil jadi petinju terus dikejar. Maka, pada 2014 ia pindah ke Bali untuk menekuni tinju. Alhasil, Andika bergabung dengan Mirah BC Bali, milik Zaenal Tayeb. Di tempat inilah ia dilatih Yance Mandagie dan Ahmad Mandar. “Saya langsung berlatih tinju profesional, tidak melalui amatir. Pak Yance dan Ahmad Mandar yang melatih saya sampai sekarang. Syukurlah sekarang saya bisa jadi juara nasional dan juara WBA Asia,” ujar Andika.
Kendati Andika hanya sampai bangku kelas 2 SD, tapi hebatnya bisa membaca dan menulis dengan lancar. Bahkan, bisa berbahasa Inggris. “Saya belajar sendiri dan dari berbagai pengalaman. Kalau tidak bisa bicara bahasa Inggris, mungkin sudah nyasar saat saya bolak balik ke Australia untuk latihan. Jika cita-cita juara dunia tercapai, saya ingin menyekolahkan adik-adik saya, supaya mereka tidak seperti saya,” tutur Andika yang saat ini membukukan rekor 16 (8 KO)-0-0.
(TI/Martinez)