Kelas bantam dan ringan masih jadi favorit seluruh negara anggota AIBA. Foto: AIBA
Kelas Bantam & Ringan Dicoret dari Olimpiade 2020, Asia Tenggara Protes Keras
Tinjuindonesia.com — Pekan lalu para petinggi tinju amatir Asia Tenggara berkumpul di Bangkok, Thailand, untuk membahas permohonan kepada IOC (International Olympic Committee) dan AIBA (International Boxing Association) agar mempertimbangkan kembali penghapusan kelas bantam (56 kg) dan kelas ringan (60 kg) di bagian putra dalam Olimpiade Tokyo 2020.
IOC telah memberi arahan kepada AIBA agar 10 kelas putra yang biasa dipertandingkan dalam Olimpiade dikurangi menjadi 8 kelas di Olimpiade Tokyo 2020. Bak gayung bersambut AIBA pun merestuinya. Maka, kelas yang akan dipertandingkan nanti dalam Olimpiade adalah 49 kg (layang ringan), 52 kg (terbang), 64 kg (welter ringan), 69 kg (welter), 75 kg (menengah), 81 kg (berat ringan), 91 kg (berat), dan 91 kg+ (super berat).
Sebagai catatan, tiga peraih medali emas di kelas ringan Olimpiade terakhir berasal dari Asia (dua dari Cina, satu dari Uzbekistan), dan sejak 1988 Filipina telah mengantongi dua perunggu dan perak, Republik Rakyat Demokratik Korea satu perunggu, dan Thailand sebuah perak di kelas ini.
Di kelas bantam, negara-negara Asia juga memperoleh medali Olimpiade yang adil dan Mongolia merebut emas, Thailand satu perak dan dua perunggu, Uzbekistan dua perunggu, Jepang dan Republik Rakyat Demokratik Korea perunggu sejak 1988. Jika AIBA melakukan itu dalam Olimpiade Tokyo, maka Asia akan kehilangan potensi mendapatkan medali di dua kelas itu.
Sekretaris Jenderal ABAP (Association of Boxing Alliances in the Philippines) Ed Picson yang menghadiri pertemuan di Bangkok itu mengatakan telah diputuskan untuk mengajukan banding ke Asian Boxing Confederation (ASBC) di Bangkok, pada bulan April nanti. Kongres ASBC akan diadakan bersamaan dengan Kejuaraan Elite ASBC untuk Pria dan Wanita pada 17-27 April.
“Kami hanya 11 negara di Asia Tenggara dan kami membutuhkan suara yang lebih besar untuk didengar oleh IOC dan AIBA,” kata Picson. “Jadi kami berharap untuk mengajukan kasus kami di hadapan Kongres ASBC dan presiden ASBC Anas Alotaiba.”
Anggota Komite Eksekutif AIBA, presiden Asosiasi Tinju Thailand dan wakil presiden ASBC Pichai Chunhavajira dari Thailand dan anggota Komite Eksekutif AIBA Shelly Selowati Soejono dari Indonesia akan berupaya mengumpulkan dukungan dari negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea Selatan, Republik Demokratik Rakyat Korea, Sri Lanka dan India. Alotaiba berasal dari Uni Emirat Arab.
Picson mengatakan kemungkinan IOC akan mengambil alih pengawasan tinju di Olimpiade 2020 kecuali presiden AIBA Gafur Rahimov dari Uzbekistan mundur dari posisinya. IOC tidak nyaman dengan Rahimov yang dituduh sebagai kriminal, sebagai presiden AIBA, mengingat olahraga tersebut telah dinodai oleh tuduhan korupsi selama bertahun-tahun. IOC akan mengadakan pertemuan Dewan Eksekutif di Lausanne pada 19-20 Juni, dan nasib AIBA mungkin akan ditentukan dalam agenda itu.
(TI/Martinez)