Sulitnya Mencari Petinju Baru
Semenjak tidak adanya pertandingan di stasiun televisi swasta maupun pemerintah, mereka yang terlibat dalam bisnis ini: promotor, manajer, pelatih, petinju, dan matchmaker (penata tanding), seakan melihat masa depan tinju pro Indonesia kelam. Sebab, tak ada lagi orang-orang ‘gila’ tinju yang mau berkorban untuk mengangkat, mengembangkan, dan memajukan tinju pro Indonesia.
Ada beberapa orang mencoba menjadi promotor, bahkan jadi manajer, tapi mereka tak bisa bertahan lama. Karena mereka tak dilandasi jiwa pengorbanan. Mereka hanya melihat untung rugi semata. Itu memang tak salah, tapi harus disadari bahwa tinju Indonesia belum bisa dijadikan industri yang bisa mendatangkan banyak keuntungan finansial. Masih butuh proses dan memakan waktu.
Untuk mencari keuntungan lain, misalnya popularitas, tinju memang sarana atau media paling ampuh. Banyak orang sudah menikmati itu. Hanya saja bila sudah mendapatkan popularitas itu, mereka pergi tanpa peduli lagi dengan tinju. Mereka tak punya komitmen untuk perkembangan dan kemajuan tinju.
Akibat dari semua itu para manajer terpaksa menjual petinjunya bertanding di luar negeri seperti: Thailand, Filipina, Jepang, Korea, Cina, Australia, Selandia Baru, dan lain-lain. Tapi, menyedihkan, hasil yangmereka bawa pulang, hampir semuanya menderita kekalahan. Mereka yang bertanding di sana tak lagi mengutamakan prestasi, terpenting bisa mendapatkan uang. Kondisi itu berlangsung terus-menerus hingga sekarang.
Karena sering kalah di luar negeri dan rekor mereka tercatat di Boxrec.com bertinta merah alias buruk, mereka pun kurang dilirik lagi di mancanegara. Pun ada promotor Indonesia enggan lagi menampilkan mereka. Akibatnya, ada yang banting setir ke cabang tarung bebas (MMA, One Pride, dll).
Melihat kondisi itu, banyak anak muda sekarang kurang bersemangat untuk menggeluti tinju pro. Malah, mereka lebih memilih tarung bebas karena masa depan lebih menjanjikan. Apalagi beberapa stasiun televisi terus menayangkan tarung bebas setiap hari dan setiap minggu. Saat ini tarung bebas memang lagi booming di tanah air. Ini membawa dampak kurang baik bagi perkembangan tinju.
Maka, ketika beberapa promotor yang saat ini aktif menggelar pertandingan, betapa sulitnya mendapatkan petinju-petinju baru untuk ditampilkan. Yang masih bercokol adalah petinju-petinju lama dengan usia yang rata-rata cukup tua. Mau tak mau mereka masih mendominasi dalam setiap pertandingan digelar promotor.
Dan, sebagian diantara mereka ada yang sudah beralih ke tarung bebas, dan ada pula yang menjadi pelatih tarung bebas. Tak pelak, promotor dan matchmaker kerap mengeluh karena susahnya mendapatkan petinju-petinju baru. Ini tantangan yang segera dicarikan solusinya oleh insan tinju pro Indonesia itu sendiri.